ADA
beberapa hal mendasar yang bisa membuat rumah kita nyaman dihuni, di
antaranya adalah kelancaran sistem saluran di dalam rumah kita. Tanpa
ini semua kenyamanan dalam rumah kita akan terganggu.
Sama seperti sistem
saluran dalam tubuh, rumah kita punya dua jenis saluran: saluran masuk
dan saluran pembuangan. Karena mereka bekerja bersamaan, maka bisa kita
sebut sebagai suatu sistem, yaitu sistem saluran. Di suatu rumah saluran
masuk adalah saluran air bersih, sedangkan keluar adalah
saluran-saluran air kotor dan saluran air hujan.
Membicarakan sistem
saluran dalam rumah kita tentu sangat teknis di samping kita harus
memerhatikan peraturan-peraturan yang berlaku. Namun, ada beberapa hal
yang perlu kita pahami agar kita bisa menghindari atau mengantisipasi
hal-hal buruk sehubungan dengan sistem saluran ini.
Umumnya sistem
saluran di dalam sebuah rumah tinggal terdiri atas, pertama, saluran air
bersih sebagai sistem masuk. Kedua, saluran air bekas kamar mandi dan
dapur. Ketiga, saluran air WC. Keempat, saluran air hujan.
Saluran suplai air bersih
Dalam membuat saluran
air bersih kita punya dua pilihan bahan, yaitu dengan pipa besi yang
digalvanis (lapisan tahan karat/sering disebut pipa GIP) dan pipa PVC
pipa yang dibuat dari polyvinyl chloride, polimer yang disuling dari
minyak bumi yang direkayasa. Keduanya punya kelebihan dan kelemahan. Namun, pada intinya umumnya dipakai pipa PVC karena jauh lebih murah (hampir empat lebih murah). Pipa GIP dipakai hanya pada tempat terbuka/tidak terlindungi karena memang pipa ini lebih tahan terhadap benturan mekanis.
Poin utama dari
sistem saluran ini adalah tekanan air di dalam pipa. Diupayakan agar
tekanan airnya cukup kuat dan merata di semua tempat. Hal yang pertama
agar cukup lancar keluarnya dari keran/faucet. Kedua agar tidak satu
keran pun yang akan kehilangan tekanan air pada saat beberapa keran
dinyalakan. Cara meningkatkan agar tekanan air cukup kuat adalah dengan
menggunakan tangki air sebagai sumber catu air, yang diletakkan di
tempat yang lebih tinggi dari semua titik keran, atau dengan pompa
booster (pompa air yang khusus digunakan untuk meningkatkan tekanan).
Sementara untuk
menjaga tekanan air sama di semua titik keran, upaya yang dilakukan
adalah dengan membuat jaringan pipa yang menutup (loop)- artinya ujung
pipa terakhir menyambung kembali ke ujung awal. Hal ini menyebabkan
tiadanya pipa di ujung saluran yang umumnya memiliki tekanan yang paling
rendah. Cara lainnya adalah dengan memperbesar ukuran pipa instalasi di
bagian hilir.
Saluran air kamar mandi
Juga umumnya menggunakan PVC.
Di masa lalu menggunakan pipa yang terbuat dari tembikar. Yang perlu
diperhatikan di sini ialah dibutuhkan manhole (bak kontrol) di setiap
perubahan arah saluran atau pada jarak yang cukup jauh. Manhole ini
dimaksudkan untuk mempermudah perawatan. Untuk menghindari masuknya
tikus, sebaiknya di setiap ujung pipa diberi jeriji antitikus yang
dibuat dari besi.
Saluran air limbah
WC. Berlainan dengan limbah cair lainnya yang bisa langsung dibuang ke
saluran terbuka atau diresapkan ke tanah, limbah WC ini harus mengalami
suatu proses “penstabilan” dulu sebelum bisa diresapkan ke tanah. Secara
teknis, yang dimaksud penstabilan adalah mengubah sifat limbah WC yang
tidak stabil karena bersifat organis. Artinya bisa menjadi busuk dan
bau, dan secara ilmu lingkungan tidak bisa ditempatkan di tempat terbuka
atau diresapkan langsung ke dalam tanah, menjadi suatu zat anorganis
yang stabil dan tidak berubah lagi sifat maupun bentuknya. Hal ini
dilakukan dalam suatu fasilitas yang kita kenal sebagai septic tank.
Septic tank adalah
sebuah bak penampung yang “mempekerjakan” bakteri anaerobik (bakteri
yang tak membutuhkan oksigen untuk hidupnya) untuk menstabilkan limbah
WC tadi.
Namun, beberapa hal
yang kita perlu ketahui. Menurut Satrio, ahli teknik penyehatan dari
ITB, sebenarnya proses penstabilan di dalam septic tank, kalau kita
mengikuti parameter-parameter kestabilan limbah, hanya bisa dilakukan
sampai tingkat 60 persen. Parameter kestabilannya adalah antara lain
tingkat BOD (biological oxygen demand = tingkat kebutuhan zat asam
biologis, maksimal 50 mg/liter) dan tingkat keenceran (suspended
solidity, maksimal 100 mg/l) dari limbah. Limbah dengan tingkat BOD yang
terlalu tinggi akan “merampas” oksigen yang dikandung air sungai tujuan
akhir pembuangan limbah, yang dibutuhkan oleh makhluk lain di tempat
itu, seperti ikan. Adapun tingkat keenceran yang terlalu tinggi akan
mengurangi kejernihan fisik air sungai tersebut.
Karena itu, sesudah
melewati septic tank, cairan limbah belum bisa dibuang ke saluran
terbuka. Cairan ini harus diresapkan ke dalam tanah (dengan sumur
peresap) untuk distabilkan lebih lanjut oleh bakteri-bakteri yang ada
dalam tanah. Oleh karena itu perlu dibuat jarak antara sumber air bersih
di dalam tanah dengan sumur peresapan ini. Paling tidak dalam jarak
mendatar 10 meter.
Sehubungan dengan
jarak ini, kita harus berhati-hati menempatkan septic tank atau
sebaliknya, membuat sumur pompa. Kita harus melihat posisi kedua
instalasi tersebut dengan tetangga, apalagi kalau lahan kita tidak
begitu besar. Umumnya septic tank dan sumur peresapnya berada di halaman
depan, sementara sumur pompa/sumber air berada di halaman belakang,
dengan demikian peletakan kedua benda tersebut tidak saling mengganggu.
Hal lainnya adalah
bahwa untuk melindungi bakteri-bakteri septic tank, sebaiknya kita
jangan sekali-kali membuang air sabun atau cairan yang mengandung
zat-zat antiseptik ke dalam WC, karena bisa membunuh bakteri-bakteri di
dalamnya, dan kalau bakteri-bakteri septic tank ini punah, tentu proses
penstabilan tadi tidak berjalan.
Sumber : dannyprijadi.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar
, ,