Selasa, 14 September 2010

PVC: Aplikasi Medis untuk Kehidupan

Selang PVC untuk keselamatan hidup. Nutrisi dan cairan mencapai sistem pencernaan pasien melalui sistem selang PVC.
Alat bantu pernafasan yang dapat diandalkan, kantung darah yang steril ataupun sarung tangan higienis sekali-pakai adalah beberapa contoh yang menjadikan produk peralatan medis dari bahan PVC sesuatu yang tak tergantikan dalam dunia medis selama 50 tahun terakhir.
Dikarenakan kompatibilitasnya yang luar biasa, para dokter juga merekomendasikan produk-produk yang terbuat dari PVC bagi orang-orang yang menderita berbagai jenis alergi. Melalui proses pengembangan produk yang inovatif, para produsen peralatan medis terus berusaha mengembangkan teknik-teknik terbaik untuk melayani aktivitas perawatan pasien.
Makan menjadikan tubuh dan fikiran sehat, disamping memang merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi manusia. Akan tetapi orang yang sedang sakit seringkali mengalami gangguan dalam aktivitas makan. Ketika gangguan semacam ini terjadi pada seseorang, dia tidak mampu mencerna makanan dalam jumlah yang cukup melalui mekanisme yang biasa. Pada kondisi semacam ini, asupan sari makanan dari luar menjadi hal yang vital untuk dilakukan, dimana pasien menerima cukup energi dan nutrisi melalui makanan cair yang disalurkan ke saluran pencernaan. Satu kantong makanan cair mencukupi kebutuhan pasien untuk sehari penuh, sementara kandungan kalori dari makanan cair tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Sistem Suplai Nutrisi yang Dapat Diandalkan
Sebuah perusahaan Jerman Pfrimmer Nutricia GmbH yang bermarkas di Erlangen merupakan spesialis dalam bidang nutrisi medis yang menawarkan banyak pilihan produk minuman nutrisi maupun makanan cair, system aplikasinya serta selang dan pompa pendorong makanan cair ke dalam tubuh para pasien. Perusahaan ini mengembangkan produk peralatan medis Flocare yang berfungsi untuk mengatur dan mengalirkan zat nutrisi yang diperlukan bagi kelangsungan hidup pasien. Sistem ini mengalirkan makanan cair dari suatu kantong plastik ataupun botol gelas ke dalam tubuh pasien menggunakan gaya gravitasi ataupun pompa sebagai pendorong.
Sistem Aliran Menggunakan Selang
Nutrisi ditransportasikan melalui system selang yang terbuat dari bahan PVC yang lentur. Sebagai perusahaan pionir dalam bidang nutrisi medis, Pfrimmer Nutricia telah menawarkan bahan selang PVC yang menggunakan plasticizer Hexamoll DINCH dari BASF sejak tahun 2005 karena suatu alasan yang baik: substrat nutrisi mengandung lemak yang dapat melarutkan sebagian kecil plasticizer yang terkandung dalam bahan selang. Kecepatan migrasi plasticizer dari selang ke nutrisi cair tersebut adalah jauh lebih kecil bila menggunakan Hexamoll DINCH karena sifatnya yang memiliki kelarutan rendah dalam lemak.
“Dengan menggunakan Hexamoll DINCH, kami dapat mencapai standar yang lebih tinggi dalam bidang nutrisi medis”, kata Dagmar Dehler, Head of Public Health Care di Pfrimmer Nutricia. Pencapaian standar yang lebih tinggi ini telah dikonfirmasi melalui pengkajian teknologi aplikasi, test toksikologi dan juga rekomendasi dan serifikasi oleh institusi dan badan internasional. Singkatnya, Hexamoll DINCH adalah jenis plasticizer yang telah dikaji secara intensif dan diterima sebagai alternative terbaik saat ini untuk aplikasi yang memungkinkan kontak dengan manusia, seperti peralatan medis, pengemas makanan dan obat-obatan serta mainan anak-anak.

Sumber : pvcindonesia.wordpress.com

Fakta Seputar Bahan PVC

Resin PVC

1.   Bahan baku yang diperlukan untuk pembuatan resin PVC adalah gas chlorine dan ethylene. Gas chlorine didapat dari garam dapur, dan ethylene dihasilkan dari minyak bumi. Porsi chlorine adalah 57% dari keseluruhan berat PVC, jadi PVC termasuk bahan plastik dengan ketergantungan yang rendah terhadap minyak bumi yang ketersediaannya kian hari kian menipis.
2.  Pembuatan PVC memerlukan sangat sedikit energi. Studi menunjukkan bahwa energi yang digunakan untuk memproduksi PVC jauh lebih kecil dibanding energi yang digunakan untuk memproduksi bahan-bahan jenis lain. Pembuatan PVC hanya memerlukan 40% dari energi yang diperlukan untuk memproduksi besi baja dan hanya 13% dari energi yang diperlukan untuk memproduksi aluminium. PVC juga menggunakan paling sedikit komponen minyak bumi dibanding bahan plastik yang lain.
3.  Bahan PVC juga memiliki kontribusi terhadap pelestarian hutan tropis. Jika kayu hutan tropis digunakan sebagai bahan baku pembuatan jendela dan pintu, maka hutan tropis harus dikelola dengan baik untuk menjamin kelestariannya. Jika tidak, yang akan terjadi adalah eksploitasi terus menerus yang mengakibatkan musnahnya hutan tropis. PVC adalah bahan yang populer digunakan untuk produk jendela rumah.
4.    Melalui teknologi bahan-bahan aditif, PVC dapan dibentuk menjadi produk-produk bermanfaat dengan variasi sifat yang sangat beragam: keras, lunak dan transparan; menghasilkan produk-produk yang begitu beragam, mulai dari pipa dengan berbagai ukuran dan spesifikasi kekuatan, peralatan medis, berbagai kemasan makanan maupun non-makanan, kulit imitasi, automotive parts, selang dan kabel, electronics parts, dan lain-lain.

Plasticizer (Phthalates)

1.  Phthalates adalah sekelompok zat cair tak berbau yang digunakan sebagai plasticizer, yaitu salah satu additive PVC untuk menghasilkan produk PVC yang bersifat lunak/fleksibel seperti.kulit imitasi, sepatu, taplak meja transparan, dan lain-lain. Jenis plasticizer yang populer digunakan diantaranya DEHP/DOP, DINP, DIDP.
2.   Selain digunakan dalam sebagian produk dari bahan PVC, phthalates juga digunakan dalam produk-produk lain seperti karet, cat, tinta cetak, adhesive, lubricant dan beberapa jenis kosmetika.
3.  Tak ada satupun dari phthalates yang terbukti bersifat karsinogen (dapat menyebabkan penyakit kanker).
4.    Rumor yang juga banyak beredar adalah bahwa phthalates dapat menyebabkan tumor. Sumber dari rumor ini adalah suatu penelitian dimana tikus-tikus diberi makanan yang mengandung DOP dalam jumlah beribu-kali lipat dari yang mungkin terkonsumsi dalam kehidupan sehari-hari seekor tikus. Akibat dari konsumsi DOP dalam jumlah yang luar biasa besar ini adalah timbulnya tumor pada hati tikus. Ketika dalam percobaan lain DOP diberikan kepada beberapa jenis monyet, ternyata tidak mengakibatkan kelainan apapun. Monyet dianggap memiliki metabolisme yang lebih menyerupai metabolisme manusia. Saat ini dunia ilmiah mengakui bahwa phthalates dapat menyebabkan tumor pada tikus melalui mekanisme metabolisme yang tidak terdapat pada tubuh manusia.
5.   Rumor yang beredar juga menyebutkan bahwa phthalate dapat menyebabkan gangguan fungsi hormon, berkurangnya jumlah sperma pada pria dan gangguan reproduksi lainnya. Sumber dari rumor ini adalah suatu hipothesa bahwa ada zat-zat kimia yang dapat menyerupai fungsi hormon wanita (estrogen). Zat-zat inilah yang diduga menyebabkan banyak kasus berkurangnya jumlah sperma pada pria. Akan tetapi hingga hari ini hipothesa tersebut masih berupa hipothesa, tanpa dapat dibuktikan kebenarannya. Banyak studi telah dilakukan pada species tikus, dengan kesimpulan bahwa berbagai jenis phthalates tidak menyebabkan gangguan hormonal.
6.  Penggunaan DEHP/DOP dalam produk peralatan medis telah menjadi sesuatu yang vital bagi industri kesehatan. PVC yang menggunakan plasticizer DEHP telah menjadi pilihan utama dalam banyak aplikasi medis, seperti selang infus, kantung darah dll, karena sifatnya yang transparan, ekonomis, kuat, fleksibel/lunak, mudah disterilisasi dan tidak mengerut. Di Eropa DEHP adalah satu-satunya plasticizer yang penggunaannya direkomendasikan oleh European Pharmacopoeia. Penggunaan DEHP/DOP secara aman selama puluhan tahun dalam dunia medis merupakan bukti keamanan penggunaan bahan ini sehingga seharusnya tak perlu dikhawatirkan lagi.
7.   Phthalates tidak termasuk zat organic yang terakumulasi di lingkungan sekitar. Walaupun phthalates ditemukan tersebar di lingkungan sekitar, tapi jumlahnya amat sedikit karena molekul phthalates di alam terdegradasi oleh cahaya matahari dan juga secara biologis. Saat ini telah banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa phthalates tidak mendatangkan resiko kepada kesehatan manusia maupun kelestarian lingkungan hidup.
8.   Dalam European Union Official Journal (April 2006), Uni Eropa mengumumkan bahwa dua jenis plasticizer yang paling banyak digunakan diisononyl phthalate (DINP) dan diisodecyl phthalate (DIDP) tidak tergolong sebagai zat berbahaya dan tak menimbulkan resiko pada manusia maupun alam sekitarnya.
9.  Petisi yang dilakukan oleh beberapa kelompok Environ- mentalist di Amerika Serikat untuk melarang penggunaan PVC dalam produk mainan anak-anak ternyata ditolak oleh The United States Consumer Product Safety Commission (CPSC) (February 2003). CPSC menyatakan bahwa tak ada bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa penggunaan bahan PVC pada mainan anak-anak dapat menimbulkan resiko kesehatan.
10. Tak ada bahan beracun yang layak dikonsumsi manusia. Segala jenis bahan yang terbukti beracun memang seharusnya dilarang. Sebaliknya, bahan yang bermanfaat yang tidak terbukti beracun selayaknya dapat terus digunakan untuk melayani kebutuhan masyarakat, apalagi bahan tersebut telah digunakan selama puluhan tahun.

Sumber : pvcindonesia.wordpress.com

130 Tahun PVC


Walau pertama kali ditemukan pada tahun 1872, ketika secara tak sengaja orang menemukan serbuk putih dalam botol berisi gas vinil klorida yang terekspos oleh sinar Matahari, orang harus menunggu 54 tahun berikutnya hingga ditemukannya teknik pemanfaatan polivinil klorida, serbuk putih yang biasa disebut PVC itu. Usaha pemanfaatan PVC pada awalnya banyak menemui jalan buntu karena sifatnya yang mudah rusak jika dipanaskan padahal pemanasan merupakan cara pengolahan yang paling logis, mengikuti analogi pengolahan besi, gelas serta beberapa bahan polimer organik yang ketika itu sudah ditemukan. Pada tahun 1926, seorang peneliti pada perusahaan ban BFGoodyear dalam usaha mencari formulasi lem untuk merekatkan karet ke logam menemukan bahan elastomer thermoplastik pertama di dunia (bahan elastis yang dapat diubah bentuknya jika dipanaskan) ketika memanaskan PVC dalam cairan tricresyl phosphate atau dalam dibutyl phthalate. Yang terjadi adalah bahwa PVC dapat bercampur secara sempurna (miscible) dengan masing-masing zat yang kemudian lazim disebut sebagai plasticizer itu, menghasilkan bahan baru dengan sifat yang dapat direkayasa, mulai dari yang keras, ketika hanya sedikit plasticizer dicampurkan dengan PVC, hingga yang sangat elastis, ketika komponen terbesar dalam campuran itu adalah plasticizer . Terobosan teknis ini merupakan awal dari revolusi penggunaan PVC sebagai commodity plastics, yang melibatkan penggunaan plasticizer (misalnya tricresyl phosphate atau dibutyl phthalate seperti dalam kisah diatas) guna mempermudah pemrosesannya serta memberinya sifat elastis yang cocok untuk berbagai aplikasi seperti kulit imitasi, plastik untuk alas meja, dan sebagainya. Terobosan teknis kedua berupa berkembangnya teknologi formulasi PVC dengan penggunaan zat-zat yang lazim disebut stabilizer, processing aid dan sebagainya, dan yang tak kalah penting, perkembangan teknologi mesin pemroses PVC sehingga dimungkinkan pemrosesan PVC tanpa kandungan plasticizer (rigid application). Kini mayoritas penggunaan PVC adalah pada aplikasi tanpa plasticizer tersebut terutama di bidang konstruksi, seperti berbagai jenis pipa untuk air bersih maupun untuk air limbah domestik, pembungkus (isolator) berbagai macam kabel, jendela, lantai, pelapis dinding (wall paper) dan sebagainya, serta porsi yang jauh lebih kecil untuk produk-produk botol plastik, plastik pembungkus dan sebagainya. Bisa dibilang PVC merupakan bahan plastik yang paling luwes karena dapat diformulasi dan diproses menjadi produk dengan sifat yang sangat berbeda, mulai dari yang paling keras seperti pipa, hingga yang lunak dan fleksibel.

Bagaimana PVC Dibuat?

PVC dihasilkan dari dua jenis bahan baku utama: minyak bumi dan garam dapur (NaCl). Minyak bumi diolah melalui proses pemecahan molekul yang disebut cracking menjadi berbagai macam zat, termasuk etilena ( C2H4 ), sementara garam dapur diolah melalui proses elektrolisa menjadi natrium hidroksida (NaOH) dan gas klor (Cl2). Etilena kemudian direaksikan dengan gas klor menghasilkan etilena diklorida (CH2Cl-CH2Cl). Proses cracking/pemecahan molekul etilena diklorida menghasilkan gas vinil klorida (CHCl=CH2) dan asam klorida (HCl). Akhirnya, melalui proses polimerisasi (penggabungan molekul yang disebut monomer, dalam hal ini vinil klorida) dihasilkan molekul raksasa dengan rantai panjang (polimer): polivinil klorida (PVC), yang berupa bubuk halus berwarna putih. Masih diperlukan satu langkah lagi untuk mengubah resin PVC menjadi berbagai produk akhir yang bermanfaat.

Penampakan resin PVC sangat mirip dengan tepung terigu. Dan resin PVC memang dapat dianalogikan seperti tepung terigu: keduanya tidak dapat digunakan dalam bentuk aslinya. Seperti halnya tepung terigu yang harus diolah dengan mencampurkan berbagai kandungan lain hingga menjadi kue tart dan berbagai jenis roti yang menarik, resin PVC juga harus diolah dengan mencampurkan berbagai jenis zat aditif hingga dapat menjadi berbagai jenis produk yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Pemrosesan Menjadi Produk Akhir

Satu tahap penting lagi sebelum resin PVC bisa ditransformasikan menjadi berbagai produk akhir adalah pembuatan compound/adonan (compounding). Compound adalah resin PVC yang telah dicampur dengan berbagai aditif yang masing-masing memiliki fungsi tertentu, sehingga siap untuk diproses menjadi produk jadi dengan sifat-sifat yang diinginkan. Sifat-sifat yang dituju meliputi warna, kefleksibelan bahan, ketahanan terhadap sinar ultra violet (bahan polimer/plastik cenderung rusak jika terpapar oleh sinar ultra violet yang terdapat pada cahaya matahari), kekuatan mekanik transparansi, dan lain-lain. PVC dapat direkayasa hingga bersifat keras untuk aplikasi-aplikasi seperti pipa dan botol plastik, lentur dan tahan gesek seperti pada produk sol sepatu, hingga bersifat fleksibel/lentur dan relatif tipis seperti aplikasi untuk wall paper dan kulit imitasi. PVC dapat juga direkayasa sehingga tahan panas dan tahan cuaca untuk penggunaan di alam terbuka. Dengan segala keluwesannya, PVC cocok untuk jenis produk yang nyaris tak terbatas dan setiap compound PVC dibuat untuk memenuhi kriteria suatu produk akhir tertentu.

Compound PVC kemudian dapat diproses dengan berbagai cara untuk memenuhi ratusan jenis penggunaan yang berbeda, misalnya:
・ PVC dapat diekstrusi, artinya dipanaskan dan dialirkan melalui suatu cetakan berbagai bentuk, sehingga dihasilkan produk memanjang yang profilnya mengikuti bentuk cerakan tersebut, misalnya produk pipa, kabel dan lain-lain.
・ PVC juga dapat di lelehkan dan disuntikkan (cetak-injeksi) ke dalam suatu ruang cetakan tiga dimensi untuk menghasilkan produk seperti botol, dash board, housing bagi produk-produk elektronik seperti TV, computer, monitor dll.
・ Proses kalendering menghasilkan produk berupa film dan lembaran dengan berbagai tingkat ketebalan, biasanya dipakai untuk produk alas lantai, wall paper , dll.
・ Dalam teknik cetak-tiup (blow molding), lelehan PVC ditiup di dalam suatu cetakan sehingga membentuk produk botol, misalnya.
・ Resin PVC yang terdispersi dalam larutan juga dapat digunakan sebagai bahan pelapis/coating, misalnya untuk lapisan bawah karpet dll.

PVC dan Lingkungan Hidup

Telah menjadi mitos bahwa khususnya pembakaran sampah PVC memberikan kontribusi yang besar terhadap terjadinya dioxin. Dioxin dapat dihasilkan dari pembakaran bahan-bahan organoklorin, yang sebenarnya banyak terdapat di alam (dedaunan, pepohonan). Suatu penelitian yang dilakukan oleh New York Energy Research and Development Authority pada tahun 1987 menyimpulkan bahwa ada atau tidaknya sampah PVC tidak berpengaruh terhadap banyaknya dioxin yang dihasilkan dalam proses insinerasi/pembakaran sampah. Kontribusi terbesar bagi terjadinya dioxin adalah kebakaran hutan, hal yang justru tidak banyak diekspos.

Kandungan klor (Cl) dalam PVC diketahui memberikan sifat-sifat yang unik bagi bahan ini. Tidak seperti umumnya bahan plastik yang merupakan 100% turunan dari minyak bumi, sekitar 50% berat PVC adalah dari komponen klor-nya, yang menjadikannya sebagai bahan plastik yang paling sedikit mengkonsumsi minyak bumi dalam proses pembuatannya. Relatif rendahnya komponen minyak bumi dalam PVC menjadikannya secara ekonomis lebih tahan terhadap krisis minyak bumi yang akan terjadi di masa datang serta menjadikannya sebagai salah satu bahan yang paling ramah lingkungan.

Walaupun PVC merupakan bahan plastik dengan volume pemakaian kedua terbesar di dunia, sampah padat di negara-negara maju yang paling banyak menggunakan PVC-pun hanya mengandung 0,5% PVC. Hal ini dikarenakan volume pemakaian terbesar PVC adalah untuk aplikasi-aplikasi berumur panjang, seperti pipa dan kabel. Sampah PVC juga dapat diolah secara konvensional, seperti daur-ulang, ditanam dan dibakar dalam insinerator (termasuk pembakaran untuk menghasilkan energi).

PVC juga dianggap menguntungkan untuk aplikasi sebagai pembungkus (packaging). Suatu studi pada tahun 1992 tentang pengkajian daur-hidup berbagai pembungkus/wadah dari gelas, kertas kardus, kertas serta berbagai jenis bahan plastik termasuk PVC menyimpulkan bahwa PVC ternyata merupakan bahan yang memerlukan energi produksi terendah, emisi karbon dioksida terendah, serta konsumsi bahan bakar dan bahan baku terendah diantara bahan plastik lainnya. Bahkan sebuah kelompok pecinta lingkungan Norwegia, Bellona, menyimpulkan bahwa pengurangan penggunaan bahan PVC secara umum akan memperburuk kualitas lingkungan hidup.

Sumber : chem-is-try.org